Salimgr
News Update :
Home » » MAKNA KESATUAN

MAKNA KESATUAN

Oleh: Nanda Syafitri Kami berjalan melewati gang kecil untuk sampai di gymnasiummilik organisasi bulu tangkis tempat kami bernaung, aku dan Reina akan final berlatih hari ini. Aku adalah pemain bulu tangkis cabang tunggal putri, dan Reina akan bermain dalam cabang ganda campuran yang akan berjuang di Provinsi. Sebelum berlatih, coachmengumpulkan seluruh tim guna memberikan arahan perihal keberangkatan besok. “Kita akan berangkat ke Provinsi pukul 09.15 esok pagi, tetapi sebelumnya akan acara pelepasan dari Bupati, persiapkan semuanya dengan baik.Selamat berlatih” terang Coach Putra, lalu kami memulai latihan.

Seleksi tingkat provinsi tahun ini aku kembali dipercayakan bermain tunggal putri.kami sudah komit untuk go nasional tidak tersendat sebatas tingkat provinsi. Tentu saja tidak semudah rencana, sudah tiga tahun aku harus puas dengan medali perak dan perunggu kali ini aku ingin menggantinya dengan emas dan memperoleh tiket ke nasional. Tim Hayden adalah penghalang terbesar kami, tim yang dilatih coach Andi ini sangat terobsesi untuk merajai setiap laga. Dulu Garda dan Hayden bernaung di organisasi yang sama.Saat itu duel coach Putra dan coach Andi tidak terkalahkan, kami merajai tingkat provinsi dan nasional.

Sayangnya konflik internal empat tahun silammembuat coach Andi serta tim Hayden keluar dari organisasi, Garda dan Hayden pun harus terpisah. Haydenmelanggar peraturan inti organisasi.Saat itu salah seorang anggota tim Hayden, Bima namanya bermain atau lebih tepatnya disewa untuk membela kesebelasan pihak lain. Berita itu sampai ke telinga pengurus organisasi, lalu dia dikeluarkan dari keanggotaan.Beruntung, Bima masih menjadi bagian dari Hayden di luar kekuasaan organisasi.Belum selesai satu masalah, masalah lain muncul.Tim Hayden tidak serius latihan dan menunjukkan sikap ketidaksukaannya. Pelatih telah berusaha menegurjuga memotivasimereka, sayangnya tidak diindahkan sama sekali. Keputusan keluarnya Bima menoreh luka bagi Hayden, mengingat Bima adalah senior bagi tim Hayden yang sudah mengukir banyak prestasi dan menaikkan pamor Hayden.

Tibalah saatnya keberangkatan, ada pemandangan berbeda kala itu, acara pelepasan dari bupati telah berakhir sejak dua jam terakhir.Namun kami tak kunjung berangkat ke provinsi karena menunggu kelengkapan peserta.Sudah berpuluh kali sms dan panggilan telepon tak dijawab, bahkan ada yang menyusul mereka ke rumah.Hasilnya nihil, menurut keterangan keluarga mereka, semuanya telah berangkat sejak pagi tadi.

Tak bisa menunggu terlalu lama, akhirnya bus melaju menuju ibu kota provinsi dengan kekurangan anggota. Setelah technical meeting tentang prosedur lomba dan sebagainya, kami mengatur strategi agar semua cabang bulu tangkis terlampau kami ikuti.Alhamdulillah semua cabang terlampaui.Walaupun hampir seluruh anggota harus bermain di dua cabang. kami tetap akan berusaha semaksimal mungkin.

Saat itu babak penyisihan dibuka dengan dua partai yaitu ganda putra dan ganda putri.Ganda putra memenangkan laga dengan skor 2-0. Di saat yang samaaku bersama Reina juga berjuang di cabang ganda putri, tim lawan berhasil menyamakan kedudukan pada babak kedua.Beruntung, set ke tiga kami berhasil mengunggulimereka. Begitu selesai partai ganda putri aku bersiap – siap bertanding pada penyisihan partai tunggal putri, dan Reina bersama Adrian akanmemulai ganda campuran.

Tak bisa dipungkiri aku sangat kelelahan, seluruh tenaga telah kucurahkan saat bermain ganda putri karena lawan kami sangatlah kuat.Wajar saja saat partai tunggal putri aku tidak terlalu berstamina.Babak pertama berakhir dengan 16-21 untuk kemenangan lawan.Saat istirahat, coach putra tidak banyak bicara, beliau hanya menyuruh aku fokus dan jangan terlalu memaksakan diri.Babak kedua aku kembali bangkit dan menyamakan kedudukan.Sayangnya saat babak ketiga berlangsung aku mengalami cidera di lengan kanan ketika terjatuh dengan posisi menghimpit tangan kanan, dengan kondisi demikian aku tidak mungkin melanjutkan pertandingan, lalu wasit memutuskan kesebelasan lawan yang menang. Beruntung, pasangan ganda campuran kami masih dalam keadaan fit, mereka menang telak dengan skor 2-0.

Setelah babak penyisihan selesai, besoknya kami langsung memasuki partai semifinal tingkat provinsi di tiga nomer: ganda putra, ganda putri dan tunggal putra. Ganda putra dan tunggal putra berhasil masuk final dan membawa pulang satu emas dan satu perunggu.Meskipun jauh dari ekspektasi, rasanya pertandingan kali ini adalah yang paling hebat. Bila pada turnamen – turnamen lain kami hanya mengambil andil pada satu cabang, kali ini kami terjun didua partai, beruntun pula giliran tandingnya. Apresiasi tertinggi rasanya sangat pantas untuk ganda putra yang berhasil menyabet emas, kami tahu persis lawan mereka saat final.Mereka adalah Martin dan Levin, pemilik medali emas cabang ganda putra tiga tahun berturut – turut dan terkenal dengan smash geledeknya.

Sesampai di kampung halaman, kami diizinkan beristirahat selama dua hari mengingat kondisi kami sangat kelelahan. Dua hari berlalu, organisasi mengadakan rapat evaluasi, seluruh tim dipanggil. Agenda besar rapat adalah membahas perihal ketidakhadiran tim Hayden saat turnamen. Anehnya, tidak sedikit pun dari mereka terlihat bersalah dan takut, seolah tidak terjadi apa pun.

“Siapa yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini? Saya tidak mengerti dengan cara pikir kalian. Seharusnya kalian langsung mengundurkan diri saat hari pertama perekrutan, katakan satu alasan agar saya berubah pikiran untuk tidak mengeluarkan kalian dari organisasi”.Emosi pak Wawan saat itu sudah tak terbendung lagi. “Pak Andi, katakan sesuatu”, pak Wawan melanjutkan. “Maafkan saya pak, saya memang tidak becus menjalankan amanah”, sesal Andi. “Coach tidak perlu merendah seperti ini di depan mereka” kata Duma, salah satu murid asuhan Andi. “Jaga ucapan kamu Duma”, “tidak coach, hari ini saya akan bicara, saya lelah terus menjadi pendengar tapi tak pernah didengarkan.Selalu mengerti, tapi tak pernah dimengerti”, lanjut Duma dengan satu tarikan nafas. “Sekarang terbukti tanpa Hayden organisasi ini lemah, Duma dan tim Hayden hanya ingin buka mata kalian betapa besar dedikasi Hayden untuk organisasi ini, kita merajai banyak turnamen selama ini semua karena partisispasi kami, tapi apa yang kami dapat, tidak ada kebebasan bahkan pak ketua berpikir dua kali untuk menurunkan kami ke turnamen – turnamen”, Duma berdiri dari tempat duduknya.

Semua yang menghadiri rapat hari itu terperangah, tidak menyangka sepicik itu pikiran Duma.“Kamu salah paham,” bantah pak Wawan.“Beri saya alasan apa yang salah dengan perkataan saya barusan”, pak Wawan bungkam.“Sudah saya duga akan seperti ini, kalian tidak perlu lagi mengatakan apapun. Semua sudah jelas, saya tahu apa arti diam itu. Mulai detik ini saya mengundurkan diri dari organisasi”, Duma menarik kursi hendak keluar ruangan, sesampai di pintu ia berbalik badan menatap rekan satu timnya. “Untuk apalagi kalian disana?, bukankah semua sudah jelas, kita tidak diharapkan lagi disini, mereka telah mempunyai pengganti kita”. “Kami ikut kamu”, mereka berdiri dan mengikuti Duma keluar ruangan.Pak wawan tidak menahan mereka, ia berdiri dan jalan mendekati Andi. “Mungkin inilah jalan terbaik untuk mereka, sifat keras kepala dan egois sudah menghasut mereka menjadi seperti ini”, Andi tertunduk dan mengusap wajah, tersirat kekecewaan besar dari laki tiga puluh tahun itu. “Pergilah Andi, dampingi mereka. Bukan berarti setelah keluar dari sini, mereka akan kehilangan pelatih terbaik mereka. Pergilah, tunjukkan pada saya di turnamen nanti”, pak wawan tersenyum dan merangkul Andi.“Sampai jumpa, saya janji akan melatih mereka lebih keras lagi.Terima kasih atas semuanya”, “iya, kita kita ketemu nanti di turnamen”.Andi berlalu meninggalkan ruangan.

Ada banyak yang ingin diklarifikasi pak Wawan malam itu perihal kesalahpahaman yang terjadi, tetapi ia urungkan niat, ia punya alasan atas semua hal yang ditanyakan Duma, bersama pengurus organisasi lain ia sudah lama memutuskan bahwa Hayden tidak sembarangan diturunkan pada turnamen kecil karena mereka telah dipersiapkan untuk pertandingan besar. Hal ini dirahasiakan agar tim Hayden mau berlatih keras untuk seleksi dan tidak berbesar hati, juga Garda agar tidak berkecil hati. Garda kerap diturunkan pada turnamen daerah untuk menambah jam terbang mereka. Berbeda dengan Hayden yang telah menjadi senior dan segudang pengalaman.Namun sayangnya, Duma dkk salah mengartikan maksud baik itu.Itulah satu dari sekian alasan mengapa pihak organisasi mengambil langkah demikian. Mengenai putusan keluarnya Bima, itu sudah keputusan yang terbaik, pasalnya bukansekali ini saja ia melanggar aturan. Keputusan itu juga dinilai dapat menambah ketaatan pada atlet lain, bahwa aturan itu untuk dipatuhi bukan untuk dilanggar.
                                                                                         
                                                                        ****

Tiga tahun berlalu, komunikasi dengan Hayden tetap lancar, pak Wawan tanpa sepengetahuan kami selalu memantau perkembangan Hayden. Hari ini Garda akan ikut seleksi tingkat provinsi untuk melaju ketingkat nasional. Lagi, kami harus berhadapan dengan Hayden.Aku mengikuti seleksi partai tunggal putri, berhadapan dengan Duma. Pertandingan berakhir dengan skor 21-18, 20-21 dan 19-21. Pertandingan berjalan sangat menegangkan, pasalnya kami sama – sama kuat dan saling membalikkan kedudukan, hasil setiap set hanya selisih beberapa poin. Set tiga berakhir dan kami melakukan ritual saling jabat tangan, terukir senyuman puas dan bangga dari wajah kuning langsat Duma.

Seluruh pertandingan usai, tibalah saatnya pengumuman.Parapemaindan pelatih berkumpul di ballroom untuk menyaksikan pengumuman pemenang, ketua komite naik ke atas panggung dan memulai pidato.“Saya tidak tahu ini kabar gembira atau bukan. Tahun ini perwakilan provinsi diambil bukan sekedar karena unggul dalam seleksi, tetapi kami punya pertimbangan lain” pidato ketua komite membuatku kembali fokus pada acara setelah sebelumnya sibuk dengan ponsel. “Menimbang beberapa tahun terakhir prestasi kita menurun.Kami telah menyiapakan strategi baru, supaya kita kembali menjadi juara”.Aku mengerutkan kening berusaha mencerna kalimat tadi.

“kitamulai dari ganda putra, kami memutuskan pasangan Ilman dan Riza dari tim Cakrawala yang akan ke nasional. Ganda campuran akan diwakili oleh Reina dari Garda dan Fitra dari tim Hayden. Tunggal putri akan diwakili oleh Danika dari Garda, Rahardi dari Hayden akan berjuang di cabang tunggal putra. Sementara untuk ganda putri kami mengutus Duma dan Laura ke nasional”.Demi apapun aku benar – benar syok saat itu, dan tanpa sadar aku berdiri.Hal itu menyita banyak perhatian penonton, ketua komite membenarkan posisi kaya matanya agar dapat melihat dengan jelas siapa yang berdiri.Walau terbata aku berusaha bicara sambil menganggkat tangan, “sanggahan pak ketua”, ketua komite berpikir sejenak dan menganggukkan kepala tanda setuju.“Bapak ketua komite yang terhormat, dari bayak calon yang ada mengapa harus saya dan Duma yang terpilih.Mengapa bukan yang menang seleksi saja yang terpilih. Lagi pula baik saya maupun Duma hanya bergelut pada cabang tunggal putri”, aku melirik ke tempat dimana Duma duduk. Kami bertemu pandang sejenak, dia memandangku seolah – olah berkata ‘heh, kamu pikir aku sudi berpasangan dengan kamu?.Ga usahmimpi’. Yaampun ternyata dia masih menyimpan dendam padaku, buru – buru aku mengalihkan pandangan pada ketua komite. “Laura Aditya Tama, anda dan Dwi Raduma adalah pasangan terbaik sejauh ini. Mungkin anda bertanya-tanya kenapa salah satu dari kalian tidak ada yang terpilh mewakili tunggal putri. Saya terangkan pada anda dan semua yang hadir malam ini bahwa sangat sulit untuk memilih diantara kalian.Kalian memiliki kelebihan juga kelemahan masing - masing. Raduma dengan stamina kuat dan gerak cepatnya tetapi sayang ia terlalu terburu – buru dan anda nona Laura, saya salut dengan sikat cermat dan tepatmu, tapi sayangnya Anda tidak cepat dan terkadang stamina Anda mudah berkurang”.

Ada benarnya perkataan ketua komite, aku dan Duma saling melengkapi. Aku mulai menjelajah masa lalu, dulu saat kami masih bersatu,sempat beberapa kesempatan kami dipasangkan untuk bermain ganda, gelar juara selalu dalam genggaman. Baru sekarang aku sadar ternyata kekuatan utama kami adalah saling melengkapi.Selama ini aku berasumsi bahwa kemenangan hanya milik mereka yang giat berlatih, untuk itu aku sering berlatih sendiri, latihan bersama Duma hanya beberapa kali dilakukan menjelang tanding. Terkadang butuh orang lain untuk menyadarkan kita akan sebuah fakta yang sangat penting untuk kita. Kami punya waktu dua bulan untuk memulai semua dari awal, untuk membina kekompakan, menumbuhkan rasa sayang dan kembali utuh seperti tahun – tahun yang lalu.

Coach Andi dan coach Putra dipercayakan untuk melatih kami. Keduanya masih seperti dahulu.Dua sahabat itu telah berumbuk dalammisi menyatukan hati kami yang masih didera luka hati bebalut gengsi.Minggu pagi kami diajak ke pantai, sesampai disana kami diajak lari pagi selama 30 menit. Selesai itu, ada istirahat sebentar, kami duduk lesehan di atas pasir.Coach Putra pamit mau ke mobil yang kami tumpangi tadi dan kembali membawa beberapa utas tali. Kami sempat bingung untuk apa tali itu, mau membuat tali jemuran kah?, tapi mana mungkin. Coach Andi yang semula duduk, kini beliau berdiri menghampiri Sahabatnya.Mereka tampak berbincang – bincang sesaat, lalu coach Andi memberi isyarat kapada kami untuk berdiri dan berkumpul dekat mereka.

“Kalian bagi dua kelompok. Raduma, Laura, Ilman dan Rahardi kelompok pertama. Lalu Reina, Riza, Danika dan Fitra kelompok kedua. Ayo buruan, matahari mulai terik ini.Cepat mulai cepat selesai”, baiklah, sepertinya tidak hanya matahari yang mulai terik tapi suasana juga mulai panas, selasai menggerutu dalam hati aku berdiri dan berbaris sejajar dengan mereka yang satu kelompok denganku.Aku berdiri paling ujung kanan dan Duma ambil posisi ujung kiri. “Ini kenapa pisah, ayo Laura pindah samping Raduma”, karena malas berdebat aku hanya pasrah berjalan ke samping Duma. “Oke, kita mulai kegiatan hari ini, sekarang ambil seutas tali depan kalian dan satukan seluruh kaki kalian dengan tali ini”, hah, dia pasti bercanda. Mana bisa jalan kalau kaki kami saling diikat, aku lihat Rahardi berjalan dan memungut seutas tali dan kembali ke barisan. Lalu ia agak menunduk dan mengikat kedua kakinya, setelah itu giliran Ilmanmelakukan hal yang sama, selanjutnya giliranku, aku bergeser agak rapat ke Ilman agar kaki kami bersatu lalu aku mulai mengikat kedua kaki, selesai itu aku menyerahkan sisa tali pada Duma. Kini semua kaki telah menyatu, kelompok dua juga telah selesai melakukan hal yang sama. “Kalian harus berjalan sampai pohon kelapa itu, yang kalah harus rela direndam di laut.Game dimulai begitu bunyi peluit terdengar, mengerti?”, “siap, mengerti” kami menjawab serentak. “kitamulai ya, stand by, ready and…” prippppp bunyi peluit terdengar, kami mulai berjalan. Baru tiga langkah berjalan, Duma sudah jatuh tersungkur, kaki kiriku yang bersatu dengan kaki kanan dia ikut tertarik kebelakang dan tubuhku pun jatuh. Ilman yang kakinya bersatu dengan kaki kananku berusaha tetap berdiri ia merangkul tubuh Rahardi agar tetap dapat berdiri. Aku dibantu Ilman berdiri, lalu kuulurkan tangan pada Duma untuk membantunya berdiri, agak lama ia menerima uluran tanganku.

Kami kembali berjalan, terjatuh dan terjatuh.Coach Putra geleng kepala melihat kami, lalu beliau berkata,”satukan hati kalian.Jangan kaki saja yang bersatu. Seriuslah..”. Mendengar perkataan beliau aku langsung merangkul pundak Duma dan Ilman, mereka juga melakukakan hal yang sama. Kami berjalan dengan langkah serentak, berangkulan dan bertekad sampai di garis finish duluan. Langkah – langkah yang terayun kini terasa lebih ringan, dan tubuh kami tidak jatuh seperti sebelumnya.Inilah yang dimaksud dengan menyatukan hati segala rintangan dihadapi bersama, bila kita hendak jatuh ada yang menahan. Kami saling menguatkan hingga melampaui garis finish pada posisi pertama.
****
           
Tiga minggu berlalu  suasana mulai berubah. Duma bersikap sudah baik padaku, kini aku tidak ragu duduk disampingnya dan mengajak makan siang.Ia sudah bersikap professional untuk tidak mengungkit masa lalu. Hari ini kami dikumpulkan untuk menyusun taktik pertandingan nanti.Coach Andi menyalakan video pertandingan babak final beberapa tahun terakhir. Kami mempelajari cara pergerakan, formasi dan taktik mereka. Aku fokus pada pasangan ganda putri yang tahun lalu memperoleh posisi pertama.Dapat kusimpulkan bahwa pasanagan itu saling menguatkan, ketika salah satu dari mereka mulai kelelahan lalu yang satunya lebih berperan aktif.Kami bisa belajar dari mereka.
****
Tidak terasa dua minggu lagi akan dimulai turnamen tahunan. Gymnasium semakin jarang kutinggakan.Setiap hari aku terus berlatih, sekarang aku lebih fokus untuk latihan bersama, dibanding harus latihan sendiri, aku dan Duma percaya bahwa kekompakan itu bisa dilatih. Kami akan menghadapi tantangan bersama, melawan utusan – utusan daerah lain dan siap menyandang gelar sebagai sang juara.
****
                        Disinilah kami sekarang, menunggu saatnya bertanding, aku dan Duma sebentar lagi akan segera berjuang di partai final nasional. Tinggal selangkah lagi bendera kemenangan bisa dikibarkan.Seperti prediksi, kami berjumpa dengan pemenang tahun lalu.Mereka adalah Yossi dan Yura. Pasangan dari tim Lion Setaro ini bukan tipe yang sportif, mereka sangat kasar dalam permainan. Berbagai keluhan datang dari peserta yang sempat bertanding dengan mereka.Seperti yang dikeluhkan pasangan ganda putri yang berjumpa mereka pada babak semifinal, Yossi menghampiri mereka di ruang ganti dan menjatuhkan mental mereka sesaat sebelum pertandingan dilaksanakan.

Duma baru kembali dari kamar mandi dan menghampiriku yang sedang duduk di depan layartelevisi menonton siaran langsung partai tunggal putri antara Danika dan Merlin. Danika terjatuh saat berusaha menjangkau bola, langkahnyasedikit terburu –burusehingga tidak fokus saat bertindak. Hakim garis menghampiri Danika dan memastikan ia baik – baik saja. Mulut Duma berkomat –kamit mengucapkan do’a agar Allah memberi Danika kekuatan sampai pertandingan usai.

            Coach Andi mengirim sms padaku yang isinya supaya kami segera turun karena sebentar lagi partai final ganda putri akan dimulai. Kami menuruni tangga menuju lapangan bulu tangkis indoor gedung olahraga tempat pertandingan dilaksanakan.Duma menuruni tangga sambil memainkan bola raket.Saat sampai pada anak tangga terakhir bola raket yang dipegang Duma jatuh dan diinjak seseorang.Duma menunduk hendak memungut bola tadi, tetapi semakin diinjak oleh orang itu, Duma kembali berdiri dan memandang geram pada mereka.Aku yang tadinya berdiri di belakang Duma maju kehadapan orang itu lalu menunduk padanya, akumenarik bola yang diinjak dan berdiri kembali danmenarik tangan orang itu lalu meletakkan bola di genggamannya.Si penginjak tadi menoleh pada kawannya, lalu kawannya dengan angkuh berkata, “ini loh Yoss ganda putri yang bakal battle bareng kita, si cupu dari Garda dan sekongkolannya Hayden”.“Sebaiknya kalian pergi dari hadapan kami sekarang, kita lihat nanti siapa yang cupu”, aku dengan perasaan gerammengatakannya.Lalu mereka enyah dari hadapan kami.Benar – benar kesan pertama yang buruk, batinku.

            “Hey, kamu yang menyerang saja, aku lebih bagus dipertahanan”, aku tersenyum dan menganggukkan kepala mendengar ucapan Duma tadi. Set pertama berakhir untuk kemenangan kami, kini kami memulai set kedua. Aku melakukan serve dan dibalas kembali oleh Yuna, kami terus membalikkan kedudukan sampai pada skor 17-19 untuk keunggulan lawan. Duma membalas pukulan bola, lalu wasit meniup peluit dan mengatakan bahwa sebelahkaki Duma tidak dipijakkan ke tanah, dan dianggap sebagai sebuah pelanggaran.Bola pun berpindah tangan. Padahal nyatanya Duma sadar betul bahwa ia tidak melakukan kesalahan itu. Coach Putra menggelengkan kepala dan protes,”hey, anda yang benar saja.Semua orang menyaksikan bahwa dia tidak mengangkat kakinya, jangan main hakim seenaknya”. Coach Putra menendang kursi di dekatnya, iamerasa sangat kesal saat ini. Yuna melakukan serve dan aku membalasnya. Lagi,sang wasit kembali meniup peluit dan mengeluarkan kartu kuning. Ya tuhan, apa lagi ini. “Laura melakukan kesalahan, ia memukul bola tidak pada bagian atas kepala shuttlecock”, ucap hakim serve. Air mataku turun dan aku berbalik badan memeluk Duma, kami sama – sama menangis untuk sesaat, hanya kesalahan kecil yang kulakukan, tetapi kartu kuning dilayangkan. Aku bungkam dalam pelukan Duma, lalu iamenggenggam tanganku memberi kekuatan, ia menghapus air mataku dan berkata, “ayo kita selesaikan apa yang sudah kita mulai, kita buktikan bahwa mereka mencurangi orang yang salah”. Aku menarik nafas dan mengangguk pasti pada Duma dan berkata, “fightinggg….”.

            Sorakan penonton semakin menambah semangatku, tekadku sudah kuat.Tidak segampang itu aku merelakan kemenangan bagi mereka yang telah berbuat curang.Aku sadar betul wasit itu curang.Tinggal beberapa poin lagi kami bisa memenangkan babak kedua. Jika set ini kami unggul kami akanmenang telak. Tentu saja, aku sudah bertekad untuk tidak membuat permainan ini menjadi tiga babak, tetapi hanya dua babak saja.Mari Duma, kita selesaikan permainan ini dengan sportif dan jadi juara sejati. Saat ini kami kekurangan satu poin dari tim lawan. Aku melakukan serve dan dibalas kembali, tetapi serve itu gagal bola mengenai net dan jatuh di lapangan mereka. Kini poin kami sama dengan Lion Setaro, tinggal satu poin lagi. Aku melakukan serve dan dibalas dengan smes kencang lalu Duma beraksi, iamengeluarkan smes geledek andalannya, smes Duma tidak mampu dibalas. Bola jatuh di lapangan mereka. Hebat Duma, smes andalanmu telah membalikkan kedudukan dan permainan ini terselesaikan dengan dua babak. Kita menang sekarang.Kita menang. Penonton bersorak gembira dan menyorakkan nama kami. Coach Putra, coach Andi dan seluruh tim berlari menuju lapangan tempat kami berdiri. Kami berpelukan dalam haru.Aku dan Duma dikalungkan medali emas.Bendera daerah kami berkibar paling atas.Kami menyanyikan lagu Indonesia raya dengan penuh suka cita.
Terima kasih tuhan, Engkau telah menunjukkan bahwa kebenaran akan selalu menang diatas kebathilan.
****
Meureudu, 19 November 2014
Bagikan Artikel ini :

Post a Comment

 
Copyright © 03 Desember 2014. salimgr.com Sebuah personal blog Abdul Salim
Powered by Blogger | Web Hosted by Idwebhost